Tuesday, January 31, 2012

METAL HISTORY: Oki DEATH VOMIT & Man JASAD mengenang Agung (RIP)

Oki Haribowo DEATH VOMIT, Kieran James, Corna Irawan (DEATH VOMIT manager), Yogyakarta, 13 Oct 2011
Wawancara bersama Oki (DEATH VOMIT), toko burger, Yogya, 13 October 2011

Oleh Dr Kieran James, University of Southern Queensland

Komentar Extra oleh: Mr Corna Irawan (manager band Death Vomit)

Pendahuluan: Agung adalah vokalis pertama band DEATH VOMIT Yogyakarta brutal death-metal. Agung meninggal, seperti Sid Vicious dari Sex Pistols, karena obat-obatan dalam usia 22. dalam artikel ini saya melakukan wawancara dengan dua teman baik Agung, Oki dari DEATH VOMIT dan Man dari JASAD. Seperti yang oki katakan, Agung adalah seorang death-metal yang hidup dalam kehidupan death-metal. Dia menyatukan scenes punk, metal, dan reggae di Yogya. Kita berharap suatu hari nanti akan ada patung untuk Agung di Yogya seperti patung Bon Scott dari AC/DC yang terletak di tepi laut Fremantle di Perth, Australia. Jika Agung mengetahui DEATH VOMIT telah melakukan tour Australian dia akan sangat bangga akan hal ini.

Kieran James: Oki, bisakah kamu ceritakan kepada saya, apa yang kamu ingat tentang Agung?

Oki Haribowo DEATH VOMIT: Agung mempunyai sikap yang baik dan sikap yang buruk seperti [yang lainnya] orang-orang metal. Dia adalah vokalis yang bagus, teman yang baik untuk saya, saya sangat bersedih saat dia meninggal.

KJ: pernahkah kamu memikirkan dia ketika kamu bermain bersama band?

Oki: tidak, tapi sesekali ketika saya sendirian dikamar dan melihat fotonya kadang saya merindukannya. Hampir setiap hari dia mendengarkan Death Vomit bandnya sendiri. Dia sangat menggemari vokalis dari Dismember [Sweden] [Matti Kärki].

KJ: apakah suaranya berbeda dengan suara Sofyan?

Oki: suaranya berbeda dengan suara Sofyan, mungkin [suara Agung] seperti album pertama Suffocation [album] Effigy of the Forgotten. Dia selalu menceritakan pengalamannya kedalam sebuah lirik. Lirik-lirik Death Vomit dulu bercerita tentang pengalaman kehidupannya dia.

KJ: apakah orang-orang terkejut oleh kematiannya?

Oki: semua orang terkejut ketika dia meninggal. Tidak terlihat bahwa dia akan meninggal. Dia menggunakan obat-obatan tetapi dia terlihat sangat sehat. Setiap hari dia selalu membuat candaan. Ketika kita berjalan-jalan dan ketika dia ada disana keadaan selalu menyenangkan bersama Agung. Selalu ada batasan antara Punk dan Metal, kita tidak mengetahui satu sama lain. karena Agung komunitas punk dan metal bisa bekerja sama. Dia adalah teman dari komunitas metal dan teman dari komunitas punk.

KJ: jadi dia akan menyukai jaket yang saya pakai dengan emblem band punk dan metal [tertawa]?

Oki: ya! Orang dari berbagai jenis musik datang ke pemakaman, orang metal, orang punk,dan orang reggae. Semua orang menyayanginya. bahkan Man, dia adalah death-metal dari Bandung, tapi dia adalah sahabat Agung. Man mendatangi kuburan Agung ketika Jasad bermain di Yogya.

KJ: apa yang kamu rasakan ketika harus mengambil tempatnya?

Oki: tidak pernah terpikirkan sebelumnya [tertawa] tapi mungkin saya akan melakukan yang terbaik untuk band karena band milik Agung juga. Jika saya hanya bersenang-senang [dalam band] seperti saya mempunyai dosa, kamu tau maksud saya? Kita menyelesaikan SMA dan saya tau jika dia tidak mau melanjutkan ke perguruan tinggi atau bekerja. Dia ingin total dalam death-metal. Ketika kita mengeluarkan The Prophecy, kita memainkan lagu “Gelap” tanpa vocal dan kita membayangkan Agung sedang bernyanyi. Kita menyiapkan mik di depan kita dan kita merasakan Agung ada disana. Agung memanggil saya “parasit” karena saya berganti-ganti band dari satu ke yang lain. Saya ingat ketika saya bergabung bersama Death Vomit Agung mengatakan kata-kata itu jadi saya membuat komitmen untuk diri saya sendiri bahwa saya tidak akan berpindah band lagi.

KJ: apakah ada kampanye anti obat-obatan setelah Agung meninggal?

Oki: mungkin tidak 100% tapi hanya kampanye kecil. Ketika Agung meninggal Death vomit membuat stiker kecil. Saya lupa kata-katanya tapi intinya Death Vomit menentang obat-obatan. Seperti dalam CD metal lama dimana ada peringatan bahwa alcohol dan obat-obatan bisa menghancurkan hidupmu. Hampir seperti itu bedanya kami buat stiker. Intinya adalah: “obat-obatan sangat berbahaya untuk nyawamu”.

Corna Irawan (manager band dari Death Vomit): stiker: “hentikan kegilaan”.

Oki: “...obat-obatan sangat berbahaya untuk nyawamu!”

Oki: aku melihat karakter yang sangat kuat dari Agung dalam death-metal karena gaya hidupnya; dia adalah karakter yang kuat seorang death-metal.

KJ: terima kasih banyak untuk berbagi banyak hal bersama saya. Saya rasa penggemar akan sangat menyukai hal-hal yang kamu ceritakan kepada saya. Tentu saja wawancara ini akan masuk dalam buku saya.

Oki: jangan khawatir, kita harus menghabiskan burger kita sebelum kita pergi ke studio rekaman Avila malam ini untuk bertemu band-band lain!

Man (JASAD) mengenang Agung:

Wawancara oleh Kieran James di “The Common Room”, Bandung, 3 pagi, 11 October 2011:

Kieran James: Man, jika kamu punya beberapa menit bisakah kamu menceritakan tentang Agung dari Death Vomit?

Man JASAD vokalis: banyak teman saya di Yogyakarta meninggal karena obat-obatan, heroin. Ketika saya melihat pertunjukan Death Vomit [hari ini] saya melihat Agung vokalisnya dahulu. Saya lebih beruntung dari dia karena saya masih bertahan hingga sekarang. Saya hidup bersama keluarga normal bersama ibu dan ayah, tidak seperti agung yang semenjak lahir hingga meninggalnya dia tidak pernah bertemu dengan orang tuanya. Saya sudah memperingatkan agar tidak menggunakan obat-obatan tapi dia terus menerus menggunakannya, dia meninggal sangat muda,berumur 22…

KJ: umur yang sama seperti Sid Vicious...

Man: banyak dari teman saya yang telah menjadi korban dari obat-obatan dan heroin jadi saya dedikasikan sebagian hidup saya untuk menolong pengguna obat-obatan dan orang yang hidup dengan AIDS. Jika saya bertemu dengan bayi yang hidup dengan HIV mereka [hanya] tidak beruntung, lahir dari ibu yang hidup dengan HIV.

[perbincangan kita dalam topic ini berakhir disini. Malam itu sangat sibuk di "The Common Room" di Bandung dan Man harus berbincang dengan orang lain]

[Translation oleh Popo DEMONS DAMN]

No comments:

Post a Comment