Tuesday, February 28, 2012

METAL HISTORY: DEATH VOMIT gig, Brisbane, Australia, 15 September 2010 (Bahasa Indonesian)


Oki Haribowo (DEVO), Jack Frost (Busuk Webzine), Corna Irawan (DEVO manager), Yogyakarta, 13 Oktober 2011
 Oleh Jack Frost
Rating: 92%

Sofyan & Oki, Yogya, 11 Okt 2011
Yogyakarta-band death-metal Death Vomit membuat sejarah dipertengahan 2010 yang menjadi band pertama dari Yogyakarta dan band metal kedua dari Indonesia (setelah Burgerkill dari Bandung yang melakukan pertunjukan di beberapa kota I Australia. Saya datang pada pertunjukan terakhir tur mereka, di hotel yang bernama Step Inn di kawasan Brisbane entertainment dan nightclub bernama Fortitude Valley atau hanya “the Valley”. Death Vomit adalah Oki Haribowo (bass), Roy Agus (drums) and Sofyan Hadi (guitar/ vocals).

Death Vomit adalah band keempat dalam acara pertunjukan metal malam itu dan mereka merupakan band utama. Step Inn adalah tempat utama pertunjukan metal di kota yang bersub-tropis di Brisbane (populasi 1.5 juta). Tempat itu merupakan pub kelas pekerja tradisional (hotel) yang tidak dimodernisasi dan dimodernisasikan untuk melayani para kelas baru professional muda di Brisbane. Acara pertunjukan di Step Inn diperuntukan kepada crowd death-metal yang mengenakan jeans dan kulit dan kostum death-metal, yang dikenal seluruh dunia, kaos hitam dengan spike dan logo band yang tidak terbaca. Karena ini ada sebuah pub yang pendapatan utamanya adalah dari penjualan beer. Seperti malam itu ketika saya masuk ada sekelompok anak muda yang memandang kearah saya, mengenakan kaos Cannibal Corpse, meminta untuk membuat foto ID card. Sudah menjadi hal yang biasa dan refleks lalu saya memperlihatkan ID card kepada security. Semua orang tertawa sangat kencang seperti saya berumur 43 tahun dengan rambut yang mulai berubah berwarna abu! Lagi pula anak-anak muda di Australia tidak mengenakan kaos Obituary (disayangkan). Karena itu tempat yang berlisensi menjual munuman keras hanya mereka yang berusia diatas 18 yang dapat masuk kesana jadi personil Death Vomit akan mendapatkan penonton yang sangat berbeda dengan tipikal penonton acara-acara di Indonesia dimana hampir penggemarnya adalah para remaja (contohnya saat pertunjukan Bleeding Corpse di Cibinong pada 8 Oktober 2011).

Death Vomit mulai bermain sekitar jam 8 malam. Crowd disana sekitar 70 atau 80 orang, dari segala usia mulai 18 keatas hingga 40an atau 50an. crowd nya sangat berbeda dengan crowd di Indonesia seperti heavy-metal di barat yang memiliki sejarah lebih tua 35 atau 40 tahun dan usia fans paling tua sekarang sekitar 40an dan 50an.  Ada sebaris metalheads fanatik berjumlah tiga orang headbang di depan mereka, seperti yang kamu lihat di Indonesia, tapi lalu ada lagi beberapa meter pada space yang kosong dan kelompok metalhead yang kedua ini berdiri di belakang, beer di tangan, dan hanya menyaksikan pertunjukan. Group ini sedikit mempunyai kekhawatiran kepada Death Vomit mereka masih tampak seperti batu tapi sebenarnya mereka takut beer yang disajikan dalam gelas akan pecah atau jatuh ke lantai!
Oki, Jack (BUSUK), Corna, Fandi, 13 Okt 11

Saya bisa melihat Death Vomit gugup; mereka mulai mengeset cukup lama. Yang kedua mereka mulai dengan kebrilianan mereka seperti biasa. Para personil memukau crowd oleh agresif mereka dan sangat kompak dan pertunjukan profesional. Band ini melakukan sesuatu yang langka seperti Sofyan menggunakan vokal growl death-metal tapi diikuti oleh suara Shrieks tinggi black-metal oleh Oki. Satu-satunya cara untuk meningkatkan DEVO mungkin Sofyan lebih banyak bermain solo gitar (atau tambah Ralph Santolla sebagai personil keempat!!) setelah pertunjukan saya berbicara dengan tiga atau empat orang fans metal Australia yang sangat terkesan oleh band. Duta metal dari Yogyakarta telah melewati ujian besar! Agung mantan vokalis, yang meninggal umur 22, akan sangat bangga terhadap band ini. Australia menunggu band yang lain dari Yogyakarta yang berasal dari jalanan dan kampus perguruan tinggi!

[Translation oleh Popo, vokalis DEMONS DAMN - terimakasih Popo]

No comments:

Post a Comment